Dulu militer Indonesia salah satu yang paling di
Takuti di dunia, P2N membaca dari suatu situs dengan kata-kata yang
sedikit menggelitik “Jika SBY yang berstatement begitu, itu bisa
dipastikan HOAX. Tapi kalo Sukarno yang ngeluarin statement tersebut,
itu adalah kenyataan". Dulu Indonesia negara yang sangat disegani dan
ditakuti oleh negara-negara lain termasuk negara sekelas Amerika
Serikat.
Saat era presiden Sukarno, kekuatan militer
Indonesia adalah salah satu yang terbesar dan terkuat di dunia. Saat
itu, bahkan Belanda pun rada ciut nyalinya melihat kekuatan militer
kita. Konon kapal-kapal perang Belanda selalu menghindar jika akan
berpapasan dengan kapal perang Indonesia terutama
KRI Irian. Mungkin
militer Belanda merasa sudah tidak sebanding dengan militer Indonesia
dan bahkan Amerika pun sangat khawatir dengan perkembangan kekuatan
militer kita yang didukung besar-besaran oleh teknologi terbaru Uni
Sovyet.
Berkat kedekatan Indonesia dengan Sovyet, maka Indonesia mendapatkan
bantuan besar-besaran kekuatan armada laut dan udara militer termaju di
dunia dengan nilai raksasa, US$ 2.5 milyar. Saat itu, kekuatan militer
Indonesia menjadi yang terkuat di seluruh belahan bumi selatan!!!
1. KRI Irian "Monster Laut Kebanggaan Indonesia"
Ini adalah salah satu kapal perang terbesar dan
tercepat di dunia buatan Sovyet dari kelas Sverdlov, dengan 12 meriam
raksasa kaliber 6 inchi. Dengan bobot raksasa 16.640 ton berawak
sebesar 1270 orang termasuk 60 perwira. Sovyet, tidak pernah sekalipun
memberikan kapal sekuat ini pada bangsa lain manapun, kecuali Indonesia.
(kapal-kapal terbaru Indonesia sekarang dari kelas Sigma hanya berbobot
1600 ton).
Memang sebagai bangsa maritim, sudah sewajarnya kita memiliki angkatan
laut yang mumpuni. Tidak hanya bicara soal kualitas dan kuantitas
persenjataan, tapi sudah sepatutnya kita mempunyai arsenal persenjataan
yang bisa menggetarkan nyali lawan. Hal inilah yang dahulu begitu
dibanggakan bangsa Indonesia di era tahun-60an. Selain punya armada
angkatan udara yang terkuat se Asia Tenggara, Angkatan Laut (TNI-AL)
dikala itu memiliki kapal perang tipe penjelajah ringan buatan Uni
Soviet.
Hingga kini pun belum ada satu negara di Asia
Tenggara yang pernah memiliki kapal penjelajah selain Indonesia. Kapal
penjelajah legendaris itu adalah KRI Irian, yang sengaja didatangkan
pemerintah Indonesia dalam rangka pembebasan Irian Barat (Papua).
Merian kaliber 6 inchi, total ada 12 meriam dengan 4 turret
KRI Irian adalah Kapal penjelajah kelas Sverdlov dengan kode penamaan soviet Project 68-bis.
Kapal jenis ini adalah Kapal Penjelajah konvensional terakhir yang
dibuat untuk AL Soviet, 13 kapal diselesaikan sebelum Nikita Khrushchev
menghentikan program ini karena kapal jenis ini dianggap kuno dengan
munculnya rudal (peluru kendali). Kapal ini adalah versi pengembangan
dari Penjelajah Kelas Chapayev.
Kapal ini dibuat di Admiralty Yard,
Leningrad.Peletakan lunas pertama dilakukan pada tanggal 9 Oktober 1949,
kapal diluncurkan pada tanggal 17 September 1950, dan pertamakali kapal
dioperasikan pada tanggal 30 Juni 1952
Pada 11 Januari 1961 Pemerintah Soviet mulai mengeluarkan instruksi kepada Central Design Bureau #17 untuk memodifikasi
Ordzhonikidze supaya
ideal beroperasi di daerah tropis. Modernisasi skala besar dilakukan
untuk membuat kapal ini bisa beroperasi pada suhu +40°C, kelembapan 95%,
dan temperatur air +30°C.
Tetapi perwakilan dari Angkatan Laut Indonesia yang
kemudian mengunjungi kota Baltiisk menyatakan bahwa mereka tidak sanggup
untuk menanggung biaya proyek sebesar itu. Akhirnya modernisasi
dialihkan untuk instalasi genset diesel yang lebih kuat guna
menggerakkan ventilator tambahan.
Dalam observasi teleskop
Pada 14 Februari 1961 Kapal ini tiba di Sevastopol
dan pada 5 April 1962 kapal ini memulai ujicoba lautnya. Pada saat itu
Kru Indonesia untuk kapal ini sudah terbentuk dan ada di atas kapal.
Mekanik kapal ini Bapak Yatijan, di kemudian hari menjadi Kepala
Departemen Teknik ALRI. Begitu juga banyak dari pelaut yang lain, di
kemudian hari banyak yang mampu menduduki posisi penting.
Datang ke Surabaya pada 5 Agustus 1962 dan dinyatakan
keluar dari kedinasan AL Soviet pada 24 Januari 1963. Tidak pernah Uni
Soviet menjual kapal dengan bobot seberat ini kepada negara lain kecuali
kepada Indonesia. ALRI yang belum pernah mempunyai armada sendiri
sebelumnya, belajar untuk mengoperasikan kapal-kapal canggih dan mahal
ini dengan cara trial and error / coba-coba.
Pada November 1962 tercatat
sebuah mesin diesel kapal selam rusak karena benturan hirolis saat naik
ke permukaan, sebuah destroyer rusak dan 3 dari 6 boiler KRI Irian
rusak. Suhu yang panas dan kelembapan tinggi berefek negatif terhadap
armada ALRI, akibatnya banyak peralatan yang tidak bisa dioperasikan
secara optimal. Di lain pihak kehadiran kapal ini membuat AL Belanda
secara drastis mengurangi kehadirannya di perairan Irian Barat.